Cungkup
Makam didukung oleh 4 (empat) soko guru yang berbentuk bujur sangkar
berukuran 11 X 11 meter. Dipilih angka 11(sebelas) karena angka
itu mempunyai anti tertentu berdasarkan kebiasaan nenek moyang
kita dahulu yang sangat praktis dan sederhana.
Jika nenekmoyang kita di Jawa dahulu menghitung sesuatu yang banyak
jumlahnya maka setiap kali mencapai 10 (sepuluh) buah disisihkan
1(satu) buah yang disebut dalam bahasa jawa peleng,
yang artinya : yang disisihkan itu mempunyai fungsi untuk eling
(mengingat-ingat) berapa jumlah hitungan yang telah dilakukan
itu.
Dengan demikian pelambang yang terkandung pada angka 11(sebelas)
sebagai ajakan untuk selalu ingat :
• Ingat Kepada Tuhan Yang Maha Esa
• Ingat akan fungsi dan tujuan hidup kita didunia ini, yang
tidak lain adalah untuk mengejar
kebahagiaan Lahir dan Batin, kebahagiaan didunia dan di alam nanti.
Dengan lambang yang demikian diharapkan agar para peziarah disamping
menyampaikan hormat yang setinggi tinggin Nya serta mendoakan
arwah Almarhum agar diberi tempat yang baik disisi Tuhan Yang
Maha Esa juga agar para peziarah selalu mawas diri dan selalu
ingat kepada Nya.
Cungkup Makam Bung Kamo diberi nama Astono Mulyo.
Astono berasal dal bahasa Jawa yang berarti " Tempat yang
terhormat bagi perstirahatan orang yang sudah wafat". Dan
kata Mulyo diambilkan dari nama awal tempat Makam ini , ialah
tanah Pemakaman Umum Karang Mulyo, dan sekaligus sebagai rasa
terima kasih kepada Yayasan Mardi Mulyo yang telah menyumbangkan
tanah itu kepada negara.
Dihalaman sebelah utara cungkup ditanam pohon Beringin Putih yang
rindang untuk mengabadikan keinginan almarhum " Aku ingin
beristirahat dibwah pohon yang rindang . . . "
Almarhum juga berkata ".. dan pada batu kecil sederhana
tuliskan diatasnya: Disini berbaring Bung Karno,..."
Maka untuk memenuhi keinginan inilah, Makam Bung Kamo tidak dikijing
seperti seperti kebiasaannya, melainkan dibuat hampir rata dan
diatasnya diletakkan sebuah batu pualam hitam, bertuliskan :
Disini dimakamkan
Bung Karno
Proklamator Kemerdekaan dan
Presiden Pertama Republik Indonesia
Penyambung Lidah Rakyat
|
|
|
|